Oleh KH. Abdullah Afif
(Diceritakan oleh Sayyid Alawi Al-Maliki dari abahnya, Sayyid Abbas Al-Maliki Rahimahumallaahu ta'aalaa)
تَنْبِيْهٌ
PERINGATAN
حَكَى السَّيِّدُ عَلَوِي اَلْمَالِكِيُّ أَنَّ وَالِدَهُ اَلْمَرْحُوْمَ السَّيِّدَ عَبَّاسْ اَلْمَالِكِيَّ رَحِمَهُ اللهُ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ حَضَرَ فِيْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ اِحْتِفَالًا نَبَوِيًّا لَيْلَةَ عِيْدِ الْمِيْلَادِ النَّبَوِيِّ تُلِيَ فِيْهِ مَوْلِدُ الْبَرْزَنْجِيِّ فَإِذَا رَجٌلٌ أَشْيَبُ قَامَ بِغَايَةِ الْأَدَبِ مِنْ أَوَّلِ الْمَوْلِدِ إِلَى نِهَايَتِهِ وَأَفَادَهُ لَمَّا سَأَلَهُ عَنْ سَبَبِ وُقُوْفِهِ مَعَ كِبَرِ سِنِّهِ بِأَنَّه كَانَ لَا يَقُوْمُ عِنْدَ ذِكْرِ الْمِيْلَادِ النَّبَوِيِّ وَيَعْتَقِدُ أَنَّهُ بِدْعَةٌ سَيِّئَةٌ فَرَأَى فِيْ نَوْمِهِ أَنَّهُ مَعَ جَمَاعَةٍ مُتَهَيِّئِيْنَ لِاسْتِقْبَالِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا طَلَعَ لَهُمْ بَدْرُ مُحَيَّاهُ وَنَهَضَ الْجَمِيْعُ لِاسْتِقْبَالِهِ لَمْ يَسْتَطِعْ هُوَ الْقِيَامَ لِذَلِكَ وَقَالَ لَهُ الرَّسُوْلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْتَ لَا تَسْتَطِيْعُ الْقِيَامَ فَمَا اسْتَيْقَظَ إِلَّا وَهُوَ مُقْعَدٌ وَبَقِيَ عَلَى هَذَا الْحَالِ عَامًا فَنَذَرَ إِنْ شَفَاهُ اللهُ مِنْ مَرَضِهِ هَذَا يَقُوْمُ مِنْ أَوَّلِ قِرَاءَةِ الْمَوْلِدِ إِلَى غَايَتِهِ (نِهَايَتِهِ) فَعَافَاهُ اللهُ مِنْ ذَلِكَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِمًا بِوَفَاءِ نَذْرِهِ تَعْظِيْمًا لَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Sayyid Alawi Al-Maliki menceritakan bahwasanya abah beliau, Sayyid Abbas Al-Maliki memberi khabar kepada beliau sesungguhnya abah beliau (sayyid Abbas Al-Maliki) berada di Baitul Maqdis untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi pada malam ‘ied Milad An-Nabawi, di mana saat itu dibacakan Maulid Al-Barzanji.
Saat itulah beliau melihat seorang pria tua beruban yang berdiri dengan khidmat penuh adab mulai dari awal sampai acara selesai. Kemudian beliau bertanya kepadanya akan sikapnya itu, yaitu berdiri sementara usianya sudah tua.
Lelaki tua itu bercerita bahwa dulu ia tidak mau berdiri pada acara peringatan Maulid Nabi dan ia memiliki keyakinan bahwa perbuatan itu adalah bid'ah sayyi'ah (bid'ah yang jelek)
Suatu malam ia bermimpi dalam tidurnya. Dia bersama sekelompok orang yg bersiap-siap menunggu kedatangan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka saat cahaya wajah beliau yang bagaikan bulan purnama muncul, sekelompok orang itu bangkit dengan berdiri menyambut kehadiran Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
Namun hanya ia saja seorang diri yang tidak mampu bangkit untuk berdiri. Lalu Rasullullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: "Kamu tidak akan bisa berdiri" Saat ia bangun dari tidurnya ternyata ia dalam keadaan duduk dan tidak mampu berdiri. Hal ini ia alami selama 1 (satu) tahun.
Saat itulah beliau melihat seorang pria tua beruban yang berdiri dengan khidmat penuh adab mulai dari awal sampai acara selesai. Kemudian beliau bertanya kepadanya akan sikapnya itu, yaitu berdiri sementara usianya sudah tua.
Lelaki tua itu bercerita bahwa dulu ia tidak mau berdiri pada acara peringatan Maulid Nabi dan ia memiliki keyakinan bahwa perbuatan itu adalah bid'ah sayyi'ah (bid'ah yang jelek)
Suatu malam ia bermimpi dalam tidurnya. Dia bersama sekelompok orang yg bersiap-siap menunggu kedatangan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka saat cahaya wajah beliau yang bagaikan bulan purnama muncul, sekelompok orang itu bangkit dengan berdiri menyambut kehadiran Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
Namun hanya ia saja seorang diri yang tidak mampu bangkit untuk berdiri. Lalu Rasullullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: "Kamu tidak akan bisa berdiri" Saat ia bangun dari tidurnya ternyata ia dalam keadaan duduk dan tidak mampu berdiri. Hal ini ia alami selama 1 (satu) tahun.
Kemudian ia pun bernadzar jika Allah menyembuhkan sakitnya ini, ia akan berdiri mulai awal pembacaan Maulid Nabi sampai akhir bacaan, kemudian Allah menyembuhkannya.
Ia pun selalu berdiri (mulai awal pembacaan Maulid Nabi sampai akhir bacaan) untuk memenuhi nadzarnya karena ta’zhim (mengagungkan) beliau Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Ia pun selalu berdiri (mulai awal pembacaan Maulid Nabi sampai akhir bacaan) untuk memenuhi nadzarnya karena ta’zhim (mengagungkan) beliau Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Sumber:Kitab Al-Hadyuttaamm fii Mawaaridil Maulidinnabawiyyi Wa Maa I’tiida Fiihi Minal Qiyaam, hal 50-51, karya Sayyid Muhammad Ali bin Husein Al-Maliki Al-Makki (1287 H – 1367 H)