Beliau kiyai kharismatik segudang karomah asal Mojokerto & termasuk masih keturunan raja Brawijaya V, Ronggo Wasito.
Salah satu karomahnya adalah dulu Jepang memberlakukan jam malam, rakyat Indonesia dilarang keluar kalau sudah menjelang sore. Bertani pun tidak boleh dipanen sendiri. Dan akan ditembak di tempat jika membangkang. Ternyata dibalik itu, pada malam hari mereka mengangkuti hasil panen rakyat dibawa ke negaranya untuk kebutuhan logistik Perang Asia Timur Raya. Inilah yg kerap disebut tanam paksa.
Singkat cerita ada petani yg nekat memanen malam hari ketahuan tentara Jepang, ditembaklah petani tsb. Kemudian anaknya minta bantuan ke Kiyai Husein muda.
Yai Khusen pun akhirnya mengajak teman2nya ke sawah untuk memanen padi menjelang Maghrib. Kemudian Yai Khusen didatangi beberapa tentara Jepang yg sedang berjaga dg membawa anjing. Melihat Mbah Yai Khusen, anjing tentara Jepang tsb. malah lari menjauhi Mbah Yai. Sehingga sebagian tentara Jepang itu malah kerepotan mengejar anjingnya yg lari.
Sementara tentara Jepang yg lain, menodongkan senjata pada Mbah Yai Khusen dan teman2nya. Tiba2 senjata yg ditodongkan ke arah Mbah Yai itu meleleh. Tentara2 itu pun karena takutnya lari tunggang langgang. Itu cerita versi mas Fahmi Ali.
Versi saya. Dulu saya punya teman riyadhoh di makam Syech Sayyid Jumadil Kubra Troloyo, insyaAllah beliau sekarang masih di sana. Ia adalah murid kiyai Husein. Saat pertama mau nyantri ke yai Husein, ia "ngetes" yai. Sebelum sowan teman saya tadi bergumam, "kalau memang Yai Husein adalah kiyai yg ahli "kasyf", (ngerti bongso batin) pasti tahu apa yg ada di dalam hatiku." Akhirnya benar, setelah ia sowan, ditelanjangi semua yg ada di hati teman saya tadi. Dan perlu diketahui bahwa di antara makam2 di Troloyo yg belum ada namanya, ia lah memberi nama.
Semoga beliau diberikan Umur panjang.
Senantiasa sehat, sehingga dapat selalu "ngemong" rakyat Mojokerto karena beliau lah paku buminya tanah Majapahit. (Pak Basyar)